Nicke Widyawati Pimpin Pertamina

KANALSATU – Nicke Widyawati memimpin PT Pertamina (Persero). Seusai ditetapkan memimpin BUMN Migas terbesar tersebut, ia memaparkan sejumlah prioritas kerja.

Selain mengurangi impor minyak mentah dan gas guna memperkecil defisit perdagangan, dua fokus lainnya adalah pembelian minyak jatah kontraktor yang diproduksi di Indonesia dan percepatan pembangunan dan pengembangan kilang.

”Penyerapan (minyak mentah) domestik akan ditambah supaya impor turun. Kedua, pembangunan kilang supaya kita menambah kapasitas. Ujungnya supaya kita juga mengurangi impor dari produk,” kata Nicke usai rakor terkait implementasi B 20 di Jakarta, Rabu (29/8/2018).

Nicke mengatakan baik dari sisi hulu dan hilir, perseroan masih melakukan impor. Menurutnya hal itu akan ditekan agar Indonesia bisa meningkatkan kemandirian energi. Dia meyakini dengan menyerap lebih banyak produksi minyak mentah domestik dapat menguntungkan Pertamina. Ia menjelaskan, impor minyak membutuhkan biaya transportasi yang lebih tinggi dibandingkan produk minyak dari domestik.

Dikatakan Pertamina siap menyerap ekspor minyak mentah dari Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang sebanyak 225.000 barel per hari (BPH). Meski, diakui  hal itu belum mencukupi seluruh kebutuhan impor Pertamina yang sebesar 400.000 BPH. ”Artinya masih ada impor tapi mengecil,” kata Nicke

Prioritas kerja selanjutnya adalah implementasi perluasan mandatory biodiesel 20 persen (B20) yang akan dimulai pada 1 September 2018. Perluasan tersebut menuntut kesiapan infrastruktur. Pasalnya, nanti distribusi B20 tidak hanya diperuntukan untuk sektor Public Service Obligation (PSO), namun juga Non PSO.

Revitalisasi proyek kilang, sambung Nicke juga menjadi prioritas. Ada enam proyek kilang yang kini sedang dikerjakan Pertamina, dua kilang baru yakni Tuban dan Bontang. Serta empat proyek pengembangan, Kilang Balikpapan, Cilacap, Balongan dam Dumai.

”Balikpapan jadi fokus utama tahun ini, kan ada enam proyek. Kami targetkan tandatangan EPC seluruh early work di Balikpapan tahun ini,” kata Nicke.

Kilang Balikpapan dinilai paling siap untuk didahulukan karena isu yang ada sekarang hanya tinggal persoalan teknis. Nicke memastikan akan tetap melanjutkan proses konstruksi, meskipun tanpa partner yang sebelummya akan dilibatkan.

”Kami akan jalan (tidak menunggu partner), jadi nanti sambil jalan. FEED kami pilih sendiri, EPC sendiri, nanti paralel dilakukan. Kami tidak akan menunggu sampai ada partner, kita sudah ketinggalan terlalu lama,” terangnya.

Untuk kilang sebenarnya tidak hanya Balikpapan. Masalah kilang Tuban terkait penggunaan lahan juga akan menjadi fokus untuk diselesaikan. Dua pekerjaan rumah di dua proyek itu diharapkan bisa rampung pada tahun ini. ”Masalah lahan di Tuban. Lainnya kami akan garap terus, dua target itu kita kejar tahun ini,” pungkasnya.
(INS/KS-)

Komentar