National Hospital Gunakan DBS, Tingkatkan Kualitas Hidup Pasien Parkinson

National Hospital Tingkatkan Edukasi Penanganan Parkinson dengan DBS


KANALSATU – April diperingati sebagai bulan Parkinson. Penyakit ini mulai dikenalkan sejak 207 tahun silam oleh James Parkinson, seorang dokter dari London, Inggris.

Kala itu, James Parkinson mendeskripsikan Parkinson sebagai penyakit dengan gejala gangguan gerak. Parkinson termasuk penyakit neurodegenerative terbanyak kedua setelah Alzheimer.

Parkinson juga berpotensi menyebabkan disabilitas hingga meningkat risiko kematian pada penderitanya.

Parkinson ditandai dengan gejala gangguan gerak berupa kekakuan otot dan perlambatan gerak. Penderita Parkinson bisa saja mengalami gejala yang disertai dengan tremor dan hilangnya stabilitas penopang tubuh.

Informasi yang dihimpun tim National Hospital, dalam rentang waktu 1990 – 2015 ada peningkatan dua kali lipat jumlah penderita Parkinson di dunia. Angkanya menyentuh 6,5 juta penderita pada 2015 lalu di dunia.

Diproyeksikan, penderita Parkinson bakal menggemuk hingga 14 juta pasien pada 2040 mendatang.

Sejak 2014 lalu, National Hospital tak berhenti menjaga asa bagi para penderita Parkinson di Indonesia bahkan di dunia. Mulai 2014, National Hospital yang diinisiasi oleh Dr dr Achmad Fahmi SpBS(K)SubspNF FINPS IFAANS masif mengenalkan salah satu cara untuk mengobati Parkinson.

Fahmi mengatakan, parkinson (Parkinsons disease) merupakan suatu penyakit system saraf pusat yang bersifat menahun dan progresif. Saat ini, penyebab dari penyakit Parkinson ini masih belum diketahui secara pasti.

Menurut dokter pertama yang melakukan operasi Parkinson di Indonesia itu, secara mekanisme berhubungan jika Parkinson ini muncul akibat dari adanya kerusakan sel saraf substantia nigra yang menghasilkan zat dopamine pada otak.

“Parkinson merupakan salah satu jenis penyakit kelainan gerak (movement disorders). Gejala yang seringkali terjadi adalah Tremor, Rigidity, Akinesia, Postural instability,” tutur Achmad Fahmi.

Penanganan pada penyakit Parkinson yang diakui di seluruh dunia saat ini melalui pemberian atau konsumsi obat-obatan hingga tindakan operasi Deep Brain Stimulation (DBS) dan Stereotaktik Brain Lesion (SBL). Tahun ini menjadi momen 10 tahun National Hospital melakukan tindakan operasi DBL.

National Hospital pertama kali menginisiasi pemasangan DBS pada tahun 2014 dan Achmad Fahmi menjadi dokter pertama yang melakukan tindakan operasi pemasangan DBS di Indonesia kala itu.

Pasien pertama yang diimplan dengan neurostimulator non-rechargeable ACTIVA PC menunjukkan hasil yang sangat memuaskan, mencerminkan efektivitas dan keamanan teknologi yang digunakan dalam meningkatkan kualitas hidup pasien.

Dengan menggunakan DBS, pasien Parkinson bisa menurunkan kuantitas minum obat. "Jika sebelumnya sampai 10 butir, dengan DBS ini bisa hanya 1-3 butir saja. Tentunya bisa menurunkan biaya yang dikeluarkan juga," tuturnya.

Fahmi menuturkan, ada beberapa gejala mayor Parkinson yang bisa disingkat Sebagai TRAP. "TRAP itu Tremor (testing Tremor), Rigidity (kekakuan), Akinesia (Kelambatan) dan Postural Inbalance (gangguan keseimbangan)," tuturnya.

Sedangkan gejala minornya yaitu sulit membau, sulit tidur, gangguan jalan, semakin sulit menulis dan volume suara menurun.

Pada tahun 2024 ini menandakan Kerjasama 10 tahun antara National Hospital dan DBS Medtronic dalam memberikan pelayanan kepada pasien Parkinson di Indonesia. CEO National Hospital Ang Hoey Tiong menuturkan, saat ini lebih dari 141 pasien Parkinson yang berhasil dilakukan pemasangan DBS di Indonesia.

"Saya berharap momen 10 tahun ini menjadi pengingat bersama jika fasilitas kesehatan di Indonesia ini tidak kalah dengan luar negeri. Penanganan Parkinson terpadu bisa dilakukan di dalam negeri di National Hospital, kami ada National Hospital Neuroscience Center," terang Ang Hoey Tiong.

CIO National Hospital Alexander Ang menambahkan, National Hospital memiliki banyak Center of Excellence. Kehadiran Center of Excellence itu dinilai sebagai bentuk upaya National Hospital untuk menyediakan layanan kesehatan yang prima dan terpadu.

“Di National Hospital Neuroscience Center itu ada layanan epilepsy, tumor otak, aneurisma, hingga spine. Kami juga ada layanan terpadu untuk permasalahan Gastro and Liver," paparnya.

Memasuki tahun 2023, Medtronic meluncurkan teknologi terdepan di dunia, BrainSense Technology, yang memungkinkan deteksi aktivitas otak secara real-time.

Teknologi ini merupakan revolusi dalam pengobatan DBS karena memungkinkan para dokter untuk memberikan stimulasi yang lebih akurat dan efektif, sehingga menghasilkan outcome yang lebih baik untuk pasien.

BrainSense Technology menjanjikan era baru dalam personalisasi perawatan medis, dimana stimulasi disesuaikan secara spesifik sesuai dengan kebutuhan unik setiap individu, berdasarkan data aktivitas otak mereka.

"Inovasi itu memperkuat posisi kami sebagai pemimpin dalam terapi neurostimulasi dan menegaskan komitmen kami terhadap peningkatan kualitas hidup pasien, serta kami bangga dengan apa yang telah kami capai bersama Medtronic selama satu dekade ini dan bersemangat untuk melanjutkan perjalanan ini, membawa harapan baru kepada banyak pasien di seluruh Indonesia." papar Alexander.

ijin menambahkan teamn2 media mohon nanti barangkali bisa dimentionkan ini:

Memasuki tahun 2023, Medtronic meluncurkan teknologi terdepan di dunia, BrainSense Technology, yang memungkinkan deteksi aktivitas otak secara real-time. Teknologi ini merupakan revolusi dalam pengobatan DBS karena memungkinkan para dokter untuk memberikan stimulasi yang lebih akurat dan efektif, sehingga menghasilkan outcome yang lebih baik untuk pasien. BrainSense Technology menjanjikan era baru dalam personalisasi perawatan medis, dimana stimulasi disesuaikan secara spesifik sesuai dengan kebutuhan unik setiap individu, berdasarkan data aktivitas otak mereka.

"Inovasi ini memperkuat posisi kami sebagai pemimpin dalam terapi neurostimulasi dan menegaskan komitmen kami terhadap peningkatan kualitas hidup pasien, kami juga merasa terhormat dengan apa yang telah kami capai bersama Rumah Sakit Nasional selama satu dekade ini dan bersemangat untuk melanjutkan perjalanan ini, membawa harapan baru kepada banyak pasien di seluruh Indonesia," ujar Direktur Medtronic Indonesia Fitria Decyana. (KS-5)
Komentar